Minggu, 08 Juni 2014

Tugas 2 (analisis semantik buku SMA)



Tugas 2 (analisis semantik buku SMA)
Analisis buku SMA kelas X
Mangkus Berbahasa Indonesia Untuk Sma/Ma Kelas X
Penerbit :Yrama Widya
A.      MENGUNGKAPKAN MAKNA PUISI YANG DIBACAKAN
ELEGI
Buat Aku di kota kembang
Kubujuk kau semayam dalam pusara
Bahkan di dasar segera
Tapi di perdimpangan malam ini
Dirimu masih setia digaris mimpi
Bahkan kubujuk
Mengajakku mengembara
Hingga kebatas langit
            Oleh Mustolih
            Seperti yang terungkap dalam pelajaran sebelumnya , puisi merupakan karya sastra yng mewakili ekspresi perasaan penyair. Bentuk ekspresi itu dapat berupa kerinduan, kegelisaha, atau kecintaan kepada kekasih, kepada alam, atau kepada sang khalik. Oleh karena itu, bahasa dalam puisi akan terasa sangat ekpresif dan lebih padat.
            Jika penyair hendak mencurahkan segala retapan maka sebagai serana ekspresinya ia akan memanfaatkan imajinasi, majas serta yang mewakili memancarkan nuansa makna tentang makna puisi itu
            Contohnya saja dalam puisi yang berjudul “ Elegi “, kata itu dinyakan dengan kata kubujuk pusara, disimpangan malam, masih setia, garis mimpi, mengembara, kebatas langit. Semua kata tersebut merupakan ekspresi kesedihan, dan kerinduan penyair terhadap seseorang yang telah meninggalkannya. Nuansa makna dari kata-kata itu memancarkan ketulusan batin penyair akan cinta dan persahabat.

ANALISIS BUKU SMA KELAS XI
Mahir Berbahasa Indonesia 2 Kelas XI
Pengarang : P. Tukan, S.Pd
Penerbit : Yudhistira
Menggunakan Berbagai Makna dan Hubungan Makna
1.      Sinonim
Sinonim adalah bentuk bahasa yang maknanya mirip atau sama dengan bentuk lain. Kesamaan ini berlaku bagi kata, kelompok kata atau kalimat. Misalnya kata meninggal, wafat, gugur dan mati adalah empat kata yang bersinonim.
2.      Antonim dan Oposisi
Sebuah kata tidak mutlak berlawanan makna dengan makna kata lain. Kata hidup mutlak berlawanan maknanya dengan mati, tetapi kata pagi tidak mutlak berlawanan maknanya dengan kata siang, Oposisi dibedakan atas beberapa macam seperti berikut.
·         Oposisi mutlak, yaitu perlawanan makna kata-kata secara mutlak seperti hidup x mati
·          Oposisi kutub atau gradasi, yaitu perlawanan makna kata-kata tidak bersifat mutlak, tetapi bersifat gradasi. Artinya terdapat tingkatan-tingkatan makna pada kata-kata tersebut. Misalnya kaya x miskin dan kuat x lemah.
·         Oposisi relasional atau hubungan, yaitu makna kata-kata yang bersifat saling melengkapi, misalnya dating x pergi.
·         Oposisi hierarkial, yaitu hubungan makna kata-kata yang berada dalam satu deret jenjang atau tingkatan. Kata-kata yang beroposisi jenis ini biasanya berupa nama satuan (berat, panjang, isi dan pangkat), misalnya meter x kilometer dan ons x gram.
·         Oposisi majemuk, yaitu makna sebuah kata beroposisi dengan lebih dari satu makna, misal, berdiri x duduk, berbaring, tiarap, berjongkok.
3.      Homonym
Homonym adalah kata-kata yang memiliki tulisan dan bunyi yang sama. Contohnya: bisa (racun) dan bisa (dapat).
4.      Homograf
Homograf merupakan kata-kata yang sama tulisannya atau ejaannya, tetapi bunyinya berbeda. Contoh: teras= bagian inti rumah dan teras inti kayu.
5.      Homofon
Homofon merupakan kata-kata yang sama bunyinya dan tulisannya berbeda. Contohnya bang dan bank; sanksi dan sangsi.
6.      Hipernim dan hiponim
Hipernim (superordinate atau genus) dan hiponim (subordinat atau spesies). Kata bunga sebagai hipernim dari kata mawar, melati, sedap malam, dan dahlia (sebagai hiponim) atau kata ikan sebagai hipernim dari sejumlah hiponim: mujair, kakap, bawal, dan bandeng.
7.      Polisemi
Polisemi adalah kata yang memiliki makna lebih dari satu, dan makna-makna tersebut masih ada hubungannya. Perhatikan contoh polisemi kata kepala berikut:
Makna 1          : bagiab tubuh dari leher ke atas, misalnya kepala kambing
Makna 2          : bagian sesuatu yang terletk di depan, misalnya kepala kereta api.
Makna 3          : hal yang terpenting, misalnya kepala susu
Makna 4          : pemimpin atau ketua, misalnya kepala sekolah
Makna 5          : bagian dari sesuatu yang berbentuk bulat, misalnya kepala paku
Makna 6          : jiwa atau orang, misalnya setiap kepala menerima satu kado
Makna 7          : akal budi, misalnya badannya besar, tetapi kepalanya kosong.
8.       Makna umum dan khusus
Makna umum sama dengan makna dasar, sedangkan makna khusus sama dengan makna tambahan akibat penggunaannya dalam konteks tertentu. Meskipun demikian, makna umum tidak mutlak hilang, tetapi tidak terkandung dalam makna khusus.
Perhatikan contoh berikut!
Makna Umum
Makna khusus
Melihat (mengarahkan mata)
1.melihat dari dekat (memerhatikan)
2. melihat secara langsung di lapangan (meninjau ke suatu objek)

Memahami Kalimat yang Ambigu
            Ambigu mempunyai arti bermakna ganda. Contoh kalimat yang memiliki makna ambigu adalah kalimat berikut.
Warga baru sadar setelah longsor kedua dating
Kalimat tersebut dikatakan ambigu karena dapat ditafsirkan sebagai berikut.
1.      Warga itu baru sadar setelah longsor yang kedua dating.
2.      Warga yang baru itu sadar setelah longsor yang kedua dating.

Menggunakan Ungkapan dan Peribahasa
            Ungkapan adalah kata-kata yang bermakna kiasan atau idiomatical. Kridalaksana (1993) menjelaskan bahwa idiomatical adalah sifat konstruksi dari unsur-unsur yang saling memilih, dimana masing-masing merupakan satuan gramatikal lain. Misalnya kambing hitam dalam kalimat, Dalam peristiwa kebakaran itu Hansip menjadi kambing hitam, padahal mereka tidak tahu apa-apa. Di sini makna kambing hitam tidak sama dengan kambing maupun hitam.
            Perhatikan kutipan cerpen “Air Mata Rembulan” karya Saefulloh M.Satori berikut!
“Yesterday is over. Jangan bawa aku terlalu jauh. Biar beribu kata kau ucap, tak akan mengubah pendirianku walau sejengkal ujung jari. Anjing menggonggong, kafilah berlalu.”
“Anda memang keras kepala”
“Biarin!
“Dasar pengecut, mental tempe”!
“biarin! Biarin! Biarin… pergi kau, jangan usik aku lagi. Yesterday is over. Let me alone forever, please..!!

Pada kutipan dan penggalan cerpen tersebut, ditemukan ungkapan dan peribahasa. ungkapan yang ditemukan adalah keras kepala dan mental tempe, sedangkan peribahasa yang ditemukan adalah anjing menggonggong kafilah berlalu.

Buku Bahasa Indonesia Kelas XII
Penerbit Intan Pariwara
Menggunakan Makna Lugas dan Kias
Makna lugas kata-kata bahasa Indonesia adalah makna sebenarnya, makna yang tidak mengandung nuansa makna lain. Makna lugas ini biasanya sesuai dengan makna yang ada dalam kamus.
Makna atau arti lugas ini lebih jelas jika dipergunakan dalam kalimat, seperti berikut!
1.      Rumah paman lebih rendah letaknya daripada rumah ayah.
Rendah = dekat ke bawah, tidak tinggi.
Kata rendah tersebut menunjukkan arti tempat. Kebalikan dari makna lugas adalah makna kias. Kata bermakna kias adalah arti yang mengandung pengandaian atau pengibaratan. Kata rendah dalam kalimat tersebut juga dapat digunakan dalam makna kia
2.      Walaupun sudah menjadi pejabat penting, Pak Harun tetap rendah hati.
Rendah hati = tidak sombong
Kata rendah hati digunakan untuk mengibaratkan atau mengiaskan sikap seseorang. Kata rendah pada rendah hati tidak merujuk letak suatu tempat. Arti yang timbul dari rendah hati tidak berasal dari kata rendah dan hati. Kata rendah hati dalam kalimat tersebut tidak dapat diartikan sendiri-sendiri. Kata tersebut secara bersama-sama menimbulkan arti baru. Gabungan kata yang mengandung makna kias disebut ungkapan.

Menggunakan Peribahasa
Salah satu jenis kalimat dalam bahasa Indonesia adalah peribahasa.
Menurut Soedjito dalam Kosakata Bahasa Indonesia, peribahasa dibagi menjadi empat bagian sebagai berikut.
1.      Pepatah adalah jenis peribahasa yang berisi nasihat atau ajaran dari orang tua. Dalam bahasa Indonesia terdapat sejumlah pepatah, diantaranya sebagai berikut.
Contoh:
·         Cantik-cantik bulu ayam, lama-lama bercantum juga. Artinya perselisihan antarsaudara akan berakhir dengan perdamaian.
2.      Perumpamaan adalah jenis peribahasa yang berisi perbandingan. Perbedaan antara pepatah dengan perumpamaan adalah penggunaan kata-kata pembanding secara eksplisit. Kata-kata pembanding yang digunakan adalah seperti, sebagai, bak, bagai, atau laksana.
Contoh:
·         Seperti ilmu padi, semakin berisi semakin menunduk. Artinya, orang yang berilmu tinggi tidak akan menyombongkan kepandaiannya.
3.      Pemeo adalah jenis peribahasa yang dijadikan semboyan. Semboyan ini berupa kata-kata singkat.
Contoh:
·         Patah tumbuh hilang berganti berarti bila pimpinan meninggal, orang lain akan menggantikannya.
4.      Ungkapan adalah kelompok kata atau gabungan kata yang menyatakan makna kias. Ungkapan disebut juga frasa idiomatic.
Contoh: tinggi hati, buah bibir, panjang akal, berdarah biru, naik daun, dll.

Menggunakan Ungkapan
            Ungkapan adalah kelompok kata bermakna kias. Ungkapan disebut juga frasa idiomatic. Ada beberapa ungkapan berdasarkan kata pembentuknya.
No.
Jenis Ungkapan
Ungkapan dan artinya
Penggunaan dalam kalimat
1.
Menggunakan nama bagian tubuh
Buah hati = anak kesayangan
Tangan kanan = orang kepercayaan
Rama adalah buah hati Pak Irwan dan Bu Selvi.
Ryan menjadi tangan kanan direktur PT. Sentosa.
2.
Menggunakan kata yang berhubungan dengan indra
Lembut hati = sopan
Panas telinga = marah
Berbeda dengan kakaknya, Vika gadis yang lembut.
Mendengar perkataan kakaknya, Diana menjadi panas telinganya
3.
Menggunakan nama warna
Masih hijau = belum berpengalaman
Muka merah = malu
Kania masih hijau untuk menyelesaikan permasalahan itu.
Mukanya merah saat bertemu dengan gadis pujaannya.

                                                       



Tidak ada komentar:

Posting Komentar