Tugas 2
(analisis semantik buku SMA)
Analisis buku
SMA kelas X
Mangkus
Berbahasa Indonesia Untuk Sma/Ma Kelas X
Penerbit :Yrama
Widya
A.
MENGUNGKAPKAN MAKNA PUISI YANG
DIBACAKAN
ELEGI
Buat Aku di kota kembang
Kubujuk kau semayam dalam pusara
Bahkan di dasar segera
Tapi di perdimpangan malam ini
Dirimu masih setia digaris mimpi
Bahkan kubujuk
Mengajakku mengembara
Hingga kebatas langit
Oleh Mustolih
Seperti yang terungkap
dalam pelajaran sebelumnya , puisi merupakan karya sastra yng mewakili ekspresi
perasaan penyair. Bentuk ekspresi itu dapat berupa kerinduan, kegelisaha, atau
kecintaan kepada kekasih, kepada alam, atau kepada sang khalik. Oleh karena
itu, bahasa dalam puisi akan terasa sangat ekpresif dan lebih padat.
Jika penyair hendak
mencurahkan segala retapan maka sebagai serana ekspresinya ia akan memanfaatkan
imajinasi, majas serta yang mewakili memancarkan nuansa makna tentang makna
puisi itu
Contohnya saja dalam
puisi yang berjudul “ Elegi “, kata itu dinyakan dengan kata kubujuk pusara, disimpangan malam, masih
setia, garis mimpi, mengembara, kebatas langit. Semua kata tersebut
merupakan ekspresi kesedihan, dan kerinduan penyair terhadap seseorang yang
telah meninggalkannya. Nuansa makna dari kata-kata itu memancarkan ketulusan
batin penyair akan cinta dan persahabat.
ANALISIS BUKU SMA KELAS XI
Mahir
Berbahasa Indonesia 2 Kelas XI
Pengarang :
P. Tukan, S.Pd
Penerbit :
Yudhistira
Menggunakan
Berbagai Makna dan Hubungan Makna
1.
Sinonim
Sinonim adalah bentuk bahasa yang maknanya mirip atau
sama dengan bentuk lain. Kesamaan ini berlaku bagi kata, kelompok kata atau
kalimat. Misalnya kata meninggal, wafat, gugur dan mati adalah empat kata yang
bersinonim.
2.
Antonim dan Oposisi
Sebuah kata tidak mutlak berlawanan makna dengan makna
kata lain. Kata hidup mutlak berlawanan maknanya dengan mati, tetapi kata pagi
tidak mutlak berlawanan maknanya dengan kata siang, Oposisi dibedakan atas
beberapa macam seperti berikut.
·
Oposisi mutlak, yaitu perlawanan makna kata-kata
secara mutlak seperti hidup x mati
·
Oposisi kutub
atau gradasi, yaitu perlawanan makna kata-kata tidak bersifat mutlak, tetapi
bersifat gradasi. Artinya terdapat tingkatan-tingkatan makna pada kata-kata
tersebut. Misalnya kaya x miskin dan kuat x lemah.
·
Oposisi relasional atau hubungan, yaitu makna
kata-kata yang bersifat saling melengkapi, misalnya dating x pergi.
·
Oposisi hierarkial, yaitu hubungan makna kata-kata
yang berada dalam satu deret jenjang atau tingkatan. Kata-kata yang beroposisi
jenis ini biasanya berupa nama satuan (berat, panjang, isi dan pangkat),
misalnya meter x kilometer dan ons x gram.
·
Oposisi majemuk, yaitu makna sebuah kata beroposisi
dengan lebih dari satu makna, misal, berdiri x duduk, berbaring, tiarap,
berjongkok.
3.
Homonym
Homonym adalah kata-kata yang memiliki tulisan dan
bunyi yang sama. Contohnya: bisa (racun) dan bisa (dapat).
4.
Homograf
Homograf merupakan kata-kata yang sama tulisannya atau
ejaannya, tetapi bunyinya berbeda. Contoh: teras= bagian inti rumah dan teras
inti kayu.
5.
Homofon
Homofon merupakan kata-kata yang sama bunyinya dan
tulisannya berbeda. Contohnya bang dan bank; sanksi dan sangsi.
6.
Hipernim dan hiponim
Hipernim (superordinate atau genus) dan hiponim
(subordinat atau spesies). Kata bunga sebagai hipernim dari kata mawar, melati,
sedap malam, dan dahlia (sebagai hiponim) atau kata ikan sebagai hipernim dari
sejumlah hiponim: mujair, kakap, bawal, dan bandeng.
7.
Polisemi
Polisemi adalah kata yang memiliki makna lebih dari
satu, dan makna-makna tersebut masih ada hubungannya. Perhatikan contoh
polisemi kata kepala berikut:
Makna 1 :
bagiab tubuh dari leher ke atas, misalnya kepala kambing
Makna 2 :
bagian sesuatu yang terletk di depan, misalnya kepala kereta api.
Makna 3 :
hal yang terpenting, misalnya kepala susu
Makna 4 :
pemimpin atau ketua, misalnya kepala sekolah
Makna 5 :
bagian dari sesuatu yang berbentuk bulat, misalnya kepala paku
Makna 6 :
jiwa atau orang, misalnya setiap kepala menerima satu kado
Makna 7 :
akal budi, misalnya badannya besar, tetapi kepalanya kosong.
8.
Makna umum dan
khusus
Makna umum sama dengan makna dasar, sedangkan makna
khusus sama dengan makna tambahan akibat penggunaannya dalam konteks tertentu.
Meskipun demikian, makna umum tidak mutlak hilang, tetapi tidak terkandung
dalam makna khusus.
Perhatikan contoh berikut!
Makna Umum
|
Makna
khusus
|
Melihat
(mengarahkan mata)
|
1.melihat dari dekat (memerhatikan)
2. melihat secara langsung di lapangan (meninjau ke
suatu objek)
|
Memahami
Kalimat yang Ambigu
Ambigu
mempunyai arti bermakna ganda. Contoh kalimat yang memiliki makna ambigu adalah
kalimat berikut.
Warga baru sadar setelah longsor kedua dating
Kalimat tersebut dikatakan ambigu karena dapat
ditafsirkan sebagai berikut.
1.
Warga itu baru sadar setelah longsor yang kedua dating.
2.
Warga yang baru itu sadar setelah longsor yang kedua dating.
Menggunakan
Ungkapan dan Peribahasa
Ungkapan
adalah kata-kata yang bermakna kiasan atau idiomatical. Kridalaksana (1993)
menjelaskan bahwa idiomatical adalah sifat konstruksi dari unsur-unsur yang
saling memilih, dimana masing-masing merupakan satuan gramatikal lain. Misalnya
kambing hitam dalam kalimat, Dalam peristiwa kebakaran itu Hansip menjadi
kambing hitam, padahal mereka tidak tahu apa-apa. Di sini makna kambing hitam
tidak sama dengan kambing maupun hitam.
Perhatikan
kutipan cerpen “Air Mata Rembulan” karya Saefulloh M.Satori berikut!
“Yesterday
is over. Jangan bawa aku terlalu jauh. Biar beribu kata kau ucap, tak akan
mengubah pendirianku walau sejengkal ujung jari. Anjing menggonggong, kafilah berlalu.”
“Anda memang keras
kepala”
“Biarin!
“Dasar pengecut, mental
tempe”!
“biarin! Biarin! Biarin… pergi kau, jangan usik aku
lagi. Yesterday is over. Let me alone forever, please..!!
Pada kutipan dan penggalan cerpen tersebut, ditemukan
ungkapan dan peribahasa. ungkapan yang ditemukan adalah keras kepala dan
mental tempe, sedangkan peribahasa yang ditemukan adalah anjing
menggonggong kafilah berlalu.
Buku Bahasa
Indonesia Kelas XII
Penerbit
Intan Pariwara
Menggunakan
Makna Lugas dan Kias
Makna lugas kata-kata bahasa Indonesia adalah makna
sebenarnya, makna yang tidak mengandung nuansa makna lain. Makna lugas ini
biasanya sesuai dengan makna yang ada dalam kamus.
Makna atau arti lugas ini lebih jelas jika
dipergunakan dalam kalimat, seperti berikut!
1.
Rumah paman lebih rendah letaknya daripada rumah ayah.
Rendah = dekat ke bawah, tidak tinggi.
Kata rendah tersebut menunjukkan
arti tempat. Kebalikan dari makna lugas adalah makna kias. Kata bermakna kias
adalah arti yang mengandung pengandaian atau pengibaratan. Kata rendah dalam
kalimat tersebut juga dapat digunakan dalam makna kia
2.
Walaupun sudah menjadi pejabat penting, Pak Harun
tetap rendah hati.
Rendah hati = tidak sombong
Kata rendah hati digunakan untuk
mengibaratkan atau mengiaskan sikap seseorang. Kata rendah pada rendah hati
tidak merujuk letak suatu tempat. Arti yang timbul dari rendah hati tidak
berasal dari kata rendah dan hati. Kata rendah hati dalam kalimat tersebut
tidak dapat diartikan sendiri-sendiri. Kata tersebut secara bersama-sama
menimbulkan arti baru. Gabungan kata yang mengandung makna kias disebut
ungkapan.
Menggunakan
Peribahasa
Salah satu jenis kalimat dalam
bahasa Indonesia adalah peribahasa.
Menurut Soedjito dalam Kosakata Bahasa Indonesia,
peribahasa dibagi menjadi empat bagian sebagai berikut.
1.
Pepatah adalah jenis peribahasa yang berisi nasihat
atau ajaran dari orang tua. Dalam bahasa Indonesia terdapat sejumlah pepatah,
diantaranya sebagai berikut.
Contoh:
·
Cantik-cantik bulu ayam, lama-lama bercantum juga.
Artinya perselisihan antarsaudara akan berakhir dengan perdamaian.
2.
Perumpamaan adalah jenis peribahasa yang berisi
perbandingan. Perbedaan antara pepatah dengan perumpamaan adalah penggunaan
kata-kata pembanding secara eksplisit. Kata-kata pembanding yang digunakan
adalah seperti, sebagai, bak, bagai, atau laksana.
Contoh:
·
Seperti ilmu padi, semakin berisi semakin menunduk.
Artinya, orang yang berilmu tinggi tidak akan menyombongkan kepandaiannya.
3.
Pemeo adalah jenis peribahasa yang dijadikan semboyan.
Semboyan ini berupa kata-kata singkat.
Contoh:
·
Patah tumbuh hilang berganti berarti bila pimpinan
meninggal, orang lain akan menggantikannya.
4.
Ungkapan adalah kelompok kata atau gabungan kata yang
menyatakan makna kias. Ungkapan disebut juga frasa idiomatic.
Contoh: tinggi hati, buah bibir, panjang akal,
berdarah biru, naik daun, dll.
Menggunakan
Ungkapan
Ungkapan
adalah kelompok kata bermakna kias. Ungkapan disebut juga frasa idiomatic. Ada
beberapa ungkapan berdasarkan kata pembentuknya.
No.
|
Jenis Ungkapan
|
Ungkapan dan artinya
|
Penggunaan dalam kalimat
|
1.
|
Menggunakan nama bagian tubuh
|
Buah hati = anak kesayangan
Tangan kanan = orang kepercayaan
|
Rama adalah buah hati Pak Irwan dan Bu Selvi.
Ryan menjadi tangan kanan direktur PT. Sentosa.
|
2.
|
Menggunakan kata yang berhubungan dengan indra
|
Lembut hati = sopan
Panas telinga = marah
|
Berbeda dengan kakaknya, Vika gadis yang lembut.
Mendengar perkataan kakaknya, Diana menjadi panas
telinganya
|
3.
|
Menggunakan nama warna
|
Masih hijau = belum berpengalaman
Muka merah = malu
|
Kania masih hijau untuk menyelesaikan permasalahan
itu.
Mukanya merah saat bertemu dengan gadis pujaannya.
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar